Kepribadian menurut Allport
Manusia memiliki kepribadian yang dapat terbentuk dari masa kanak-kanak hingga masa dewasa, yang membentuknya dengan kasih dan saying dan rasa aman dari orang tua mereka, karena kodrat manusia adalah positf, penuh harapan dan menyanjung-nyajung sehingga orang-orang yang matang dan sehat dikontrol dan dikuasai oleh kekuatan-kekuatan tidak sadar, tidak dapt dilihat dan dipengaruhi.
Orang-orang yang sehat tidak di dorong oleh konflik-konflik tidak sadar dan tingkah laku mereka tidak di tentukan oleh setan-setan ada jauh dalam mereka. Individu yang sehat akan mempengaruhi pada tingkat rasional sadar dan dapat mengontrol kekuatan-kekuatan tersebut. Kepribadian yang sehat tidak dipengaruhi oleh trauma-trauma, konflik masa kanak-kanak.
Karena orang-orang yang sehat dibimbing dan diarahkan oleh masa sekarang dan intensitas kearah masa depan sehingga pandangan orang sehat hanya kedepan dan peristiwa yang akan datang. Kepribadian terdiri dari intensi-intensi yang sadar dan sengaja. Kodrat intensional kepribadian sehat yaitu melihat kearah masa depan sehingga mempersatukan seluruh kepribadian .manusia yang sehat memiliki kebutuhan yang terus menerus dan variasi akan sensasi dan tantangan baru dan kepribadian yang sehat tidak perlu menjadi kepribadian yang senang bahagia secara jasmani dan rohani.
Karena bagi Allport kepribadian sehat suram dan penuh rasa sakit dan sedih. kepribadian yang sehat merupakn 2 hal yang terpisah, kepribadian sehat dapat mencintai dan memperluas dirinya kedalam hubungan dengan penuh perhatian dengan orang lain.
Daftar Pustaka
Allprt, G Becoming: Basic Considerations for a Psychologi of Personality. New Haven: Yale University Press, 1995
Personality and Social Encounter. Boston: Beacon Press, 1960
Pattern and Growth in Personality. New York: Holt, Rinehart & Winston 1961
The Person in Psychologi. Boston: Beacon Press, 1968
Madd, S.R. and Costa, P.T. Humanism in Personology: Allport, Maslow and Murray. Chicago: Aldine-atherton, 1972.
Kepribadian Menurut Maslow
Anggapan-anggapan Dasar tentang Manusia
Setiap orang, termasuk teoris kepribadian, memiliki anggapan-anggapan dasar (basic assumtions) tertentu tentang manusia yang oleh George Boeree disebut asumsi-asumsi filosofis (Boeree, 2005 : 23). Anggapan-anggapan dasar yang diperoleh melalui hubungan pribadi atau pengalaman-pengalaman sosial ini secara nyata akan mempengaruhi persepsi dan tindakan manusia terhadap sesamanya.
Dalam konteks para teoris kepribadian, anggapan-anggapan dasar ini mempengaruhi konstruksi dan isi teori kepribadian yang disusunnya. Anggapan-anggapan dasar tentang manusia yang mempengaruhi atau mewarnai teori-teori kepribadian adalah sebagai berikut.
1. Kebebasan – ketidak bebebasan
Ada anggapan bahwa manusia merupakan makhluk yang bebas berkehendak, mengambil sikap, dan menentukan arah kehidupannya. Sebaliknya ada anggapan yang berlawanan dengan itu, bahwa manusia merupakan makhluk yang tidak bebas. Salah seorang teoris kepribadian, yaitu Abraham Maslow menganggap bahwa manusia merupakan makhluk yang bebas, sementara itu teoris kepribadiannya lainnya diantaranya Freud dan Skinner, menyatakan bahwa pada dasarnya manusia merupakan makhluk yang perilakunya tidak bebas karena ditentukan oleh sejumlah determinan.
2. Rasionalitas – irasionalitas
Maslow dan para teoris kepribaian humanistik lainnya beranggapan bahwa manusia merupakan makhluk yang perilakunya digerakkan oleh faktor-faktor yang rasional. Sedangkan Freud menganggap bahwa manusia merupakan makhluk yang cenderung irasional. Sementara itu Skinner dan para behavioris lainnya tidak begitu terikat pada anggapan dasar rasional-irasional.
3. Holisme – elementalisme
Menurut Freud dan Maslow manusia hanya dapat dimengerti bila dilihat dan dipelajari sebagai totalitas. Sedangkan Skinner cenderung memenadang menausia secara elemtalisme, bahwa perilaku manusia dapat dipelajari sebagian-sebagian. Hal demikian juga diperkuat dengan pendapatnya bahwa kepribadian adalah sekumpulan tingkah laku yang dipelajari.
4. Konstitusionalisme – environmentalisme
Konstitusionalisme merupakan pandangan yang menyatakan bahwa kepribadian seseorang ditentukan oleh faktor-faktor yang sudah dimiliki sejak lahir atau faktor bawaan. Sedangkan environmentalisme menganggap bahwa kepribadian seseorang ditentukan oleh faktor-faktor yang berasal dari lingkungannya.
Freud dengan teori mengenai naluri yang bersifat bawaan, termasuk teoris kepribadian konstitusionalis, demikian halnya Maslow dengan teori kebutuhan bertingkatnya. Namun komitmen Maslow pada konstitusi-onalisme ini tidak sekuat Freud. Sedangkan Skinner dan para behavioris lainnya beranggapan bahwa perilaku manusia merupakan hasil belajar dari lingkungannya.
5. Berubah – tidak berubah
Anggapan dasar berubah – tak berubah mempersoalkan berubah tidaknya kepribadian individu sepanjang hidupnya. Freud sebagai penganut determinisme, beranggapan bahwa kepribadian individu ditentukan oleh pengalaman masa kanak-kanak awal dan tidak akan berubah sepanjang hidup individu. Sedangkan Maslow dan Skinner beranggapan bahwa kepribadian individu mengalami perubahan sepanjang hidupnya.
6. Subjektivitas – objektivitas
Anggapan dasar tentang subjektivitas dan objektivitas manusia berkenaan dengan persoalan apakah perilaku manusia ditentukan oleh pengalaman personalnya yang subjektif atau faktor-faktor eksternal yang objektif. Rogers, tokoh psikologi fenomenologi dan salah satu tokoh psikologi humanistik, menyatakan bahwa dunia batin atau dunia subjektif individu merupakan penyebab terbesar bagi terjadinya perilaku individu.
Freud dan Maslow berpegang pada anggapan dasar yang sama dengan Rogers bahwa perilaku manusia bersifat subjektif. Sedangkan Skinner menolak pandangan tentang pengalaman subjektif manusia. Dia lebih menitik beratkan pada tingkah laku yang dapat diamati dan diukur secara objektif.
7. Proaktif – reaktif
Pandangan proaktif-reaktif menjelaskan sumber penyebab perilaku manusia. Apakah perilaku manusia didorong oleh faktor-faktor internal atau faktor-faktor eksternal?
Freud dan Maslow merupakah teoris kepribadian yang menganggap bahwa perilaku manusia bersifat proaktif, yaitu lebih banyak digerakkan oleh faktor-faktor internalnya.
Menurut Freud, perilaku manusia didorong oleh faktor internal yang sebagian besar berasal dari alam yang tidak disadari. Sedangkan menurut Maslow, perilaku manusia didorong oleh faktor-faktor internal yang disadari.
Skinner dan para behavioris memandang bahwa perilaku manusia bersifat reaktif. Menurut mereka perilaku manusia merupakan respon terhadap stimulus-stimulus yang datang dari lingkungan.
8. Homeostatis – heterostatis
Konsep homeostatis menjelaskan bahwa perilaku manusia terutama dimotivasi oleh upaya mengurangi atau menghilangkan ketegangan yang terjadi akibat ketidak seimbangan, misalnya lelah, lapar, ingin tahu, dst. Sedangkan konsep heterostatis menjelaskan bahwa perilaku manusia terutama dimotivasi oleh upaya menuju perkembangan dan aktualisasi diri.
Freud merupakan salah satu teoris kepribadian yang berpegang pada konsep homeostatis.
Sedangkan Maslow berpegang pada konsep heterostatis. Sementara Skinner menolak kedua konsep motivasi tersebut. Bagi Skinner, perilaku manusia disebabkan oleh stimulus-stimulus yang datang dari luar dirinya dan bukan kerena motivasi.
9. Dapat diketahui – tidak dapat diketahui
Freud berpandangan bahwa manusia dapat diketahui sepenuhnya melalui metode ilmiah karena perilaku manusia berlangsung berdasarkan hukum-hukum alam. Sejalan dengan pandangan Freud, Skinner menyatakan bahwa melalui observasi-observasi yang sistematis dapat diperoleh pengetahuan yang memadai tentang manusia.
Maslow berpandangan lain dengan Freud dan Skinner. Menurut Maslow manusia tidak bisa diketahui sepenuhnya meskipun dengan uapaya-upaya ilmiah
Semua manusia memiliki perjuangan atau kecenderungan yang di bawa sejak lahir. Untuk mengaktualisasikan diri, karena didorong oleh kebutuhan universal dan jiwa yang dibawa sejak lahir. Persyaratan untuk mencapai aktualisasi diri adalah 4 kebutuhan yang berada dalm tingkat rendah yaitu : kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan memilki cinta , kebutuhan akan penghargaan.
Kebutuhan Fisiologis yaitu : Kebutuhan yang jelas terhadap makan, air, udara, tidur dan akan seks dan pemuasan terhadap kebutuhan itu sangat penting untuk kelangsungan hidup.
Kebutuhan akan rasa aman yaitu : meliputi kebutuhan akan jasmani, stabilitas, perlindungan, ketertiban, bebas dari ketakutan dan kecemasan.
Kebutuhan akan memiliki dan cinta yaitu : menerima nilai-nilai dan sifat-sifat dari orang lain dengan maksut supaya mrasakan perasaan memilik agar memuaskan kebutuhan kita akan cinta dalam membangun suatu hubungan yang akrab, agar dalam hubungan ini kita dapat memberi dan menerima cinta, karena cinta adalah sama penting nya. Maslow percaya makin lama makin sulit memuaskan kebutuhan akan memiliki dan cinta karena mobilitas
Kebutuhan akan penghargaan yaitu : penghargaan dari orang lain dan penghargaan terhadap diri sendiri yang berasal dari orang lainadalah yang paling utama yang berasal dari luar seperti : reputasi , kekaguman, status, popularitas, pretise dll.
Karena bagi Maslow apabila kita telah memuaskan semua kebuthan tersebut maka kita akan didorong oleh kebutuhan yang paling tinggi, kebutuhan akan aktualisasi diri, yang dapat didefenisikan sebagai perkembangan yang paling tinggi dalam semua penggunan bakat kita. Untuk mencapai jaminan, cinta, penghargaan dan pemenuhan tidak akan terjadi apabila kita tidak mengetahui dan lambat sehingga tidak mungkin menjadikan kita orang yang bisa mengaktualisasikan diri sendiri.
Daftar Pustaka
Maslow, A.H. Self-Actualization and Beyond. In J.F.T. Bugental, ed., Challenges of Humanistik Psychology. New York: Mc. Graw-Hill, 1967, hlm. 279-286
Toward a Psychologi of Being, 2nd de. New York: D. Van Nostrand, 1968
Motivation and Personality, 2nd ed. New York: Harper & Row, 1970
The Farher Reaches of Human Nature. New York: Viking, 1971
Hall, M.H. A Conversation with Abraham H. Malsow. Psychology Today, 1968, 2, 34-37, 54-57
Maddi, S.R and Costa, P.T. Humanism in Peronology : Allport, Maslow and Murray. Chicago: Adline-Atherton 1972
Kepribadian Menurut Rogers
Rogers menempatkan suatu dorongan fundamental dalam sistemnya tentang kepribadian yaitu memelihara, mengaktulisasikan dan meningkatkan semua segi individu yang dibawa sejak lahir melalui komponen-komponen pertumbuhan fisiologis dan psikologis.Kecendrungan aktualisasi pada tingkat fisiologis benar-benar tidak dapat di kekang, kecendrungan ini mendorong individu ke depan dari arah salah satu tingkat pematangan ketinggkat pematangan berikutnya. Karena pada tingkat biologis Rogers tidak membedakan antara manusia yang sehat dan manusia yang tidak sehat. Tetapi apabila dihubungkan denga aktualisasi maka jelas berbeda.Rogers percaya bahwa manusia memiliki dorongan sejak lahiruntuk menciptakan dan hasil ciptaan tersebut yang penting diri sendiri.karena orang orang sehat lebih banyak mempunyai tujuan di bandingkan orang-orang yang tidak sehat.
a. Perkembangan Kepribadian ‘Self’
Apabila orang-orang bertanggung jawab terhadap kepribadian mereka sendiri dan mampu memperbaikinya, maka mereka harus menjadi makhluk yang sadar dan rasional.
b. Peranan Positif Regard
Positive regard adalah suatu kebutuhan yang memaksa dan merembes, dimiliki oleh semua manusia, setiap anak terdorong untuk mencari positive regard. Akan tetapi tidak semua anak menemukan kepuasan yang cukup akan kebutuhan ini.
c. Ciri Orang Yang Berfungsi
Manusia yang rasional dan sadar, tidak dikontrol oleh peristiwa-peristiwa masa kanak-kanak, seperti pembiasaan akan kebersihan (toilet training), penyapihan yang lebih cepat atau pengalaman-pengalaman seks sebelum waktunya
Menurut Rogers yang terpenting dalam proses pembelajaran adalah pentingnya guru memperhatikan prinsip pendidikan dan pembelajaran, yaitu:
1. Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan yang wajar untuk belajar. Siswa tidak harus belajar tentang hal-hal yang tidak ada artinya.
2. Siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya. Pengorganisasian bahan pelajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa
3. Pengorganisasian bahan pengajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa.
4. Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar tentang proses.
Daftar Pustaka
Rogers, C.R. Client-Centered Therapy: Its Current Pratice, Implicatins, and Theory. Boston: Houghton Mifflin, 1951
On Becoming a Person: A Therapist’s View of Psychotherapy. Boston: Houghton Miffin, 1961
Toward a Scince of the Person. Joutnal of Humanistic Psychology, 1963, 3. 72-97
Hall, M.H. A conversation with Carl Rogers. Psychology Today, 1967,1,18-21,62-66
Tidak ada komentar:
Posting Komentar